ACHIEVEMENT AS EXERCISE
“Kok, kamu begitu, sih?”
“Seharusnya kamu bisa ngomunikasiin ini dari hati ke hati!”
“Aku kecewa banget sama apa yang dilakukin kalian,”
“Kamu polos atau pura-pura bego aja?”
Dari semua kalimat-kalimat menyakitkan ini, nyatanya kami masih ada di sini. Meski diam seribu bahasa, tapi kami memilih untuk tetap saling berpegangan tangan. Saling menguatkan satu sama lain.
Setahun lalu di tengah ramainya jalanan Blok M Jakarta, kamu menjelaskan secara singkat keinginanmu beberapa tahun ke depan. Awalnya kusangka itu bualan seperti yang dilakukan pria lain di luaran sana. Ku respons hanya dengan tawa sembari kembali menyantap sepiring gultik yang ada di meja.
Kukira kamu menyerah, tapi semakin hari, ada saja lakumu yang menegaskan bahwa ini semua bukan lelucon. Kamu berjalan dengan mengorbankan segala hal, mulai dari waktu, tenaga, materi, bahkan kesehatanmu. Kadang, semua itu bikin aku nggak habis pikir--apa hasilnya sepadan dengan pengorbanannya?
Meski sudah jadi pembahasan di awal, tapi semakin dekat hari H, ada saja hal-hal yang terasa memuakkan. Pikiran yang kalut memang tak bisa menghasilkan komunikasi yang lancar. Berkali-kali pertengkaran terjadi, berkali-kali juga akhirnya aku bertanya ke diri sendiri, apakah aku sanggup untuk menemani?
Di tengah ke-putus asaan itu, aku merenungi kembali. Bahwa tugasku menemani apapun itu kondisinya. Karena hal yang sama juga kamu praktikkan di kehidupanku. Dukungan penuh dan kebebasan, dua hal besar yang kamu berikan. Bukankah aku harusnya melakukan hal yang sama, pikirku.
Terlebih, aku selalu jatuh hati saat melihat matamu berbinar melakukan apa-apa yang kamu suka. Senyummu simpul dan kamu terlihat gagah di sana. Semua itu membuatku semakin yakin, satu-satunya cara yang bisa kulakukan, ya jangan pergi!
Hari ini, akhirnya apa-apa yang diusahakan terjawab. Sesuai dengan doaku pun kamu, hasil yang paling terbaik.
Dua tahun bukan waktu yang sebentar, terlebih kamu ada di atas sana. Semoga kamu selalu kuat dengan terpaan angin yang semakin kencang, kebal dengan sinar yang kadang menyilaukan, tetap berhati besar menerima kegagalan, dan tetap jadi pribadi yang sama seperti yang selama ini kukenal.
Semoga doa ini juga berlaku buat aku, yang ada di sampingmu, ya. Hehe.
Susunan paragraf ini sebenarnya tak sebanding dengan permintaan maafku karena tak hadir hari ini. Namun, semoga--kamu di sana bisa merasakan--besarnya rasa banggaku melihat pujaan hatinya mencapai salah satu keinginannya. Consider this an exercise, and knowing us--I know we'll be alright.
Selain minum vitamin, jangan keseringan minum es, dan jangan lupa makan, pesanku cuma satu (yang kusampein terus-terusan; Nggak salah kok merhatiin diri sendiri dulu ketimbang merhatiin orang lain).
Sekali lagi, selamat! Semoga di depan sana masih banyak pencapaian-pencapaian kita yang bisa dirayakan bersama.
With love,
Nadhifah Azhar
Komentar
Posting Komentar