MERBABU, AKU RINDU
Kedua kakiku masih menapakki bebatuan
Yang mengalasi jalan menuju puncak.
Kepalaku lepas dari pangkalnya,
Berkelana, menerabas semak dan kerakal yang penuh rahasia.
Orang disebelahku berusaha memberikan penghiburan tentang
makanan beragam, cokelat mendidih, dan kemul yang membawa darah kembali ke
pipi.
Seperti Nabi yang menjajikan pengikutNya air dingin, ketika
kafiah dari Makkah berkesah dalam hijrah; semua dilakukan agar kaki terus
melangkah
Siapa yang tak merasa kaya? Diapit kanan dan kiri oleh
kawan-kawannya dikala susah? Mereka yang tangannya menjulur menawari bantuan,
yang menjaga semangatmu agar tak pernah padam.
Dalam pelukan bebatuan siang itu,
segala letih dan sesak
dibayar kontan.
Batu batu yang terbakar matahari jam 12 siang itu,
membutakan
mata pengagumnya. Mereka tak bisa melihat lagi dirinya
Yang kini hanya
Satu titik kecil
Diantara ribuan bebatuan dan ketinggi
Bahkan supernova-nya,
Adalah nyanyian berisi nama-Nya.
NB: Memperingati 2 tahun yang lalu aku mendaki Gunung Merbabu, pertama kali aku mendaki Gunung. Terimakasih teruntuk temen temen TIM 1 mungkin kalau bukan kobaran semangat dan kebohongan kalian aku ngga bakalan nginjkakkin kaki di Kentheng Songo.
Syukurku,
Nawa
Komentar
Posting Komentar