BATU
Aku pun akhirnya berubah
Menjadi batu. Kau pahatkan,
"Di sini kau istirahat dengan tentram
Sebongkah batu,
Yang pernah berlayar ke negri-
Negri jauh, berlabuh di Bandar-bandar besar, dan dikenal di delapan penjuru angin.
Akhirnya ia pilih,
Kutukan, ia pilih
Ketentraman itu
Disini."
Tetapi kenapa kau pahat juga
Dan tidak kau biarkan saja
Aku sendiri, sepenuhnya?
/2/
Jangan kau dorong aku
ke atas bukit itu
Kalau hanya untuk berguling kembali
Ke lembah ini.
Aku tak mau terlibat
Dalam helaan nafas, keringat,
Harapan, dan sia-siamu.
/3/
Jangan kau dorong aku
Ke bukit itu; aku tak tahan
Digerakkan dari diamku ini.
Aku batu, dikutuk
Untuk tentram.
Di lembah ini aku tinggal.
Menghadap jurang, mencoba menafsirkan
Rasa haus yang kekal:
Ketentraman itu,
Sekarat itu.
Sapardi Djoko
Hujan Bulan Juni
Menjadi batu. Kau pahatkan,
"Di sini kau istirahat dengan tentram
Sebongkah batu,
Yang pernah berlayar ke negri-
Negri jauh, berlabuh di Bandar-bandar besar, dan dikenal di delapan penjuru angin.
Akhirnya ia pilih,
Kutukan, ia pilih
Ketentraman itu
Disini."
Tetapi kenapa kau pahat juga
Dan tidak kau biarkan saja
Aku sendiri, sepenuhnya?
/2/
Jangan kau dorong aku
ke atas bukit itu
Kalau hanya untuk berguling kembali
Ke lembah ini.
Aku tak mau terlibat
Dalam helaan nafas, keringat,
Harapan, dan sia-siamu.
/3/
Jangan kau dorong aku
Ke bukit itu; aku tak tahan
Digerakkan dari diamku ini.
Aku batu, dikutuk
Untuk tentram.
Di lembah ini aku tinggal.
Menghadap jurang, mencoba menafsirkan
Rasa haus yang kekal:
Ketentraman itu,
Sekarat itu.
Sapardi Djoko
Hujan Bulan Juni
Komentar
Posting Komentar