SI IBU KUAT
Seorang wanita pergi ke dokter, karena merasa tidak enak badan. Si dokter tersenyum sambil mengatakan, selamat ya pak, bu. Alhamdulillah ada calon janin di rahim ibu.
Tapi ada satu masalah, yaitu adanya satu gumpalan di tempat yg sama, ya di rahim ibu.
Si bapak melepas pelukan dari si ibu yang sedang menangis haru.
Semuanya memandang ke arah dokter, dan membisu.
"Tapi tenang saja, insyaallah bayi ibu kuat, jadi bisa menekan si gumpalan ini keluar dengan alami, saya juga akan membekali ibu dengan berbagai macam obat dan vitamin, insyaallah membantu."
Hari berganti hari, ibu itu bahagia sekali dengan kandungannya. Sang ayah pun selalu siap siaga, jikalau sang ibu sedang kumat "ngidamnya". Rela pergi jam dua pagi ke puncak untuk mengantar makan serabi hangat dan segelas teh hangat. How sweet you are sir!
Nyatanya apa yang dokter bilang waktu di awal kehamilan si ibu itu tidak benar adanya, di bulan keempat sewaktu USG, benjolan itu semakin membesar, bahkan sudah sangat pantas untuk digolongkan menjadi "tumor", ternyata ia merebut sari makanan yg Ibu berikan kepada bayinya, mereka berebut makanan ternyata.
Di layar USG bayi ibu terlihat seperti bayi kembar, sama besarnya.
Dokter memutuskan tuk mengangkat salah satunya, sang tumor.
Ibu di wajibkan tuk berpuasa sebelum operasi dilaksanakan besok, dan tentu saja ayaj tetap berada disampingnya, stay cool meskipun di dalam hati nya berkecamuk tak karuan.
Operasi dimulai, dengan lima dokter spesialis. Membelah perut seorang wanita yang sedang hamil 4 bulan.
Ibu itu dibangunkan oleh suster pada saat salah satu suster lainnya sedang menjahit perutnya, seraya berkata "buk, anaknya insyaallah perempuan."
Sang ibu tersenyum, merahasiakan hal ini dihadapan suaminya.
Semuanya berjalan lebih lancar dari sebelumnya, sang jabang bayi sehat dan selalu menendang nendang jahitan yang sebenarnya belum kering sempurna.
Bayangkan rasanya. Sakit pastinya.
Memasuki trimester ke tiga atau bulan ke delapan, kaki si ibu bengkak bengkak, saat diperiksakan ternyata tekanan darah nya sudah hampir 200, sangat bahaya sekali sebenarnya bagi ibu hamil. Dokter menyuruh si Ibu agar bedrest dan menginap di rumah sakit.
Keesokkan harinya, dokter menyatakan bahwa berat si jarang bayi sudah memenuhi jikalau ibu mau dioperasi sekarang, sudah pas 2,5 kg, minimal bayi bisa dilahirkan.
Sang ibu pun tersenyum. Mengiyakan.
tepat pada pukul 14.00 kelima dokter spesialis itu kembali "merobek" jahitan si suster yang dijahit rapih empat bulan yang lalu, mengangkat seorang bayi perempuan dengan berat minimal seorang bayi. Nangisnya memecahkan suasana, membuat lengkungan senyuman di wajah sang ayah. Anakku sudah lahir, gumamnya.
Adzan yang dikumandangkan oleh ayah saling bersautan dengan adzan ashar yg dikumandangkan di masjid rumah sakit.
"Tapi bayinya harus masuk inkubator dulu ya pak." Kata suster.
Susah sekali suster menentukkan tempat infus yang tepat bagi bayi si bapak itu, dari tangan, kaki, sampai pada akhirnya infus terpasang di ubun ubun si bayi.
Ia hanya ditutupi oleh kacamata dan dibiarkan telanjang di inkubator, menangis merengek meminta berjumpa dengan ibunya.
Si ayah masih sibuk mengurusi ibu, merka hanya berdua. Keluarga yg lainnya sedang melaksanakan ibadah haji waktu itu. Karna sesuai prediksi si ibu akan melahirkan bulan Mei, bulan depan.
Si ibu belum sadarkan diri, masih terbaring lemas di ruang observasi.
Jarik yang membalut perut si ibu terus menerus rembes akan warna merah, darah.
Si ayah yang khawatir dan bingung, memutuskan tuk meluapkan nya dengan amarah, menuntut agar dokter bisa.bertindak secepatnya agar pendarahannya tidak berkelanjutan. Tempat tidur si ibu didorong lagi memasuki ruang operasi.
Dan lagi lagi jahitan itu dibuka untuk ketiga kalinya.
Selang beberapa jam, si Ibu sudah kembali sadar, tempat tidur si ibu pun sudah dipindah di ruangan biasa.
Si ayah yang sedang sibuk menggendong putri nya ini berkata
"kita kasih nama Nadhifah Azhar ya mah."
-
-
-
Selamat hari Ibu, teruntuk perempuan yang rela memasuki ruang operasi 3 kali, yang mempertaruhkan hidupnya demi bertemu sama teteh, Yang rela perutnya dijahit dengan berpuluh puluh jahitan.
Aku tau sampe sekarang pun aku masih belum bisa banggain bapak dan mamah, bahkan aku sering banget buat bapak atau mamah jengkel, kecewa, bahkan nangis karena ulahku. But sure, I love you two more than I love my self.
Mendengar cerita dari bapak tentang perjuangan mamah melahirkanku, membuat aku sadar kalau aku adalah anak paling beruntung, mempunyai mamah yg kuat dan hebat.
Hmm..
Mamah tau kan teteh orangnya gengsi, ga mau so sweet didepan mamah, tapi kapanpun mamah baca tulisan ini, mamah harus percaya yaa kalau teteh selalu sayang dan doa terus semoga mamah selalu diberi kesehatan dan dipenuhi oleh kebahagiaan.
Selamat hari Ibu, mamah
Salam kangen,
Teteh
Tapi ada satu masalah, yaitu adanya satu gumpalan di tempat yg sama, ya di rahim ibu.
Si bapak melepas pelukan dari si ibu yang sedang menangis haru.
Semuanya memandang ke arah dokter, dan membisu.
"Tapi tenang saja, insyaallah bayi ibu kuat, jadi bisa menekan si gumpalan ini keluar dengan alami, saya juga akan membekali ibu dengan berbagai macam obat dan vitamin, insyaallah membantu."
Hari berganti hari, ibu itu bahagia sekali dengan kandungannya. Sang ayah pun selalu siap siaga, jikalau sang ibu sedang kumat "ngidamnya". Rela pergi jam dua pagi ke puncak untuk mengantar makan serabi hangat dan segelas teh hangat. How sweet you are sir!
Nyatanya apa yang dokter bilang waktu di awal kehamilan si ibu itu tidak benar adanya, di bulan keempat sewaktu USG, benjolan itu semakin membesar, bahkan sudah sangat pantas untuk digolongkan menjadi "tumor", ternyata ia merebut sari makanan yg Ibu berikan kepada bayinya, mereka berebut makanan ternyata.
Di layar USG bayi ibu terlihat seperti bayi kembar, sama besarnya.
Dokter memutuskan tuk mengangkat salah satunya, sang tumor.
Ibu di wajibkan tuk berpuasa sebelum operasi dilaksanakan besok, dan tentu saja ayaj tetap berada disampingnya, stay cool meskipun di dalam hati nya berkecamuk tak karuan.
Operasi dimulai, dengan lima dokter spesialis. Membelah perut seorang wanita yang sedang hamil 4 bulan.
Ibu itu dibangunkan oleh suster pada saat salah satu suster lainnya sedang menjahit perutnya, seraya berkata "buk, anaknya insyaallah perempuan."
Sang ibu tersenyum, merahasiakan hal ini dihadapan suaminya.
Semuanya berjalan lebih lancar dari sebelumnya, sang jabang bayi sehat dan selalu menendang nendang jahitan yang sebenarnya belum kering sempurna.
Bayangkan rasanya. Sakit pastinya.
Memasuki trimester ke tiga atau bulan ke delapan, kaki si ibu bengkak bengkak, saat diperiksakan ternyata tekanan darah nya sudah hampir 200, sangat bahaya sekali sebenarnya bagi ibu hamil. Dokter menyuruh si Ibu agar bedrest dan menginap di rumah sakit.
Keesokkan harinya, dokter menyatakan bahwa berat si jarang bayi sudah memenuhi jikalau ibu mau dioperasi sekarang, sudah pas 2,5 kg, minimal bayi bisa dilahirkan.
Sang ibu pun tersenyum. Mengiyakan.
tepat pada pukul 14.00 kelima dokter spesialis itu kembali "merobek" jahitan si suster yang dijahit rapih empat bulan yang lalu, mengangkat seorang bayi perempuan dengan berat minimal seorang bayi. Nangisnya memecahkan suasana, membuat lengkungan senyuman di wajah sang ayah. Anakku sudah lahir, gumamnya.
Adzan yang dikumandangkan oleh ayah saling bersautan dengan adzan ashar yg dikumandangkan di masjid rumah sakit.
"Tapi bayinya harus masuk inkubator dulu ya pak." Kata suster.
Susah sekali suster menentukkan tempat infus yang tepat bagi bayi si bapak itu, dari tangan, kaki, sampai pada akhirnya infus terpasang di ubun ubun si bayi.
Ia hanya ditutupi oleh kacamata dan dibiarkan telanjang di inkubator, menangis merengek meminta berjumpa dengan ibunya.
Si ayah masih sibuk mengurusi ibu, merka hanya berdua. Keluarga yg lainnya sedang melaksanakan ibadah haji waktu itu. Karna sesuai prediksi si ibu akan melahirkan bulan Mei, bulan depan.
Si ibu belum sadarkan diri, masih terbaring lemas di ruang observasi.
Jarik yang membalut perut si ibu terus menerus rembes akan warna merah, darah.
Si ayah yang khawatir dan bingung, memutuskan tuk meluapkan nya dengan amarah, menuntut agar dokter bisa.bertindak secepatnya agar pendarahannya tidak berkelanjutan. Tempat tidur si ibu didorong lagi memasuki ruang operasi.
Dan lagi lagi jahitan itu dibuka untuk ketiga kalinya.
Selang beberapa jam, si Ibu sudah kembali sadar, tempat tidur si ibu pun sudah dipindah di ruangan biasa.
Si ayah yang sedang sibuk menggendong putri nya ini berkata
"kita kasih nama Nadhifah Azhar ya mah."
-
-
-
Selamat hari Ibu, teruntuk perempuan yang rela memasuki ruang operasi 3 kali, yang mempertaruhkan hidupnya demi bertemu sama teteh, Yang rela perutnya dijahit dengan berpuluh puluh jahitan.
Aku tau sampe sekarang pun aku masih belum bisa banggain bapak dan mamah, bahkan aku sering banget buat bapak atau mamah jengkel, kecewa, bahkan nangis karena ulahku. But sure, I love you two more than I love my self.
Mendengar cerita dari bapak tentang perjuangan mamah melahirkanku, membuat aku sadar kalau aku adalah anak paling beruntung, mempunyai mamah yg kuat dan hebat.
Hmm..
Mamah tau kan teteh orangnya gengsi, ga mau so sweet didepan mamah, tapi kapanpun mamah baca tulisan ini, mamah harus percaya yaa kalau teteh selalu sayang dan doa terus semoga mamah selalu diberi kesehatan dan dipenuhi oleh kebahagiaan.
Selamat hari Ibu, mamah
Salam kangen,
Teteh
Komentar
Posting Komentar